Kontradiksi
ini memerlukan kecakapan khusus bagi manajer proyek untuk mengambil posisi
mereka dan menempatkan keputusan sesuai dengan keadaan. Terpaku pada suatu
prinsip yang ketat tidak akan menyelesaikan masalah, karena manajer proyek
tidak bekerja sendiri. Dalam buku yang sama Grey&Larson (2006) juga
menggambarkan ciri-ciri dari seorang manajer proyek yang efektif. Diantaranya
adalah:
Pemikir
Sistem, kemampuan dalam berpikir untuk mengelola interaksi antar komponen dan
sumber daya proyek yang berbeda-beda, karena tidak bisa dikatakan efektif
apabila penyelesaian masalah hanya secara parsial. Hal ini akan mempersulit
sang manajer untuk mengambil keputusan.
Integritas
Pribadi, membangun dan meningkatkan kemampuan diri menjadi sangat penting
dilakukan terlebih dahulu sebelum meningkatkan kemampuan anggota tim.
Proaktif, bedakan dengan reaktif. Para manajer proyek dituntut tidak hanya akan
melihat peristiwa yang telah terjadi (reaktif), akan tetapi juga selalu
meneropong masa depan dan berjuang keras menemukan masa depan proyek
(Kartajaya, 2003)
Toleransi yang tinggi terhadap Stress, mengingat proyek merupakan hal yang
rumit dan kompleks, pasti akan menimbulkan tekanan terhadap orang yang bebankan
tanggungjawab kepadanya. Manajer proyek harus mampu mengelola kondisi
psikologis mereka agar dapat bertahan dalam tekanan. Perspektif Bisnis Umum,
seorang manajer proyek harus memahami dasar-dasar bisnis dari disiplin teknis
yang berbeda-beda sebagai kerja antar fungsional.
Komunikator
yang baik, telah dijelaskan sebelumnya. Manajemen waktu yang efektif, telah
dijelaskan sebelumnya. Politikus Mahir, strategi dalam menghadapi banyak orang
dan mendapatkan dukungan dari semua pihak merupakan cirri penting manajer
proyek yang sukses.
Optimis,
Slater (1999) dalam bukunya Saving Big Blue mengatakan “Anda dalam kesulitan
Besar jika Menganggap anda Sudah Selesai”. Maksud dari kata-kata ini ialah,
masalah-masalah yang sudah diselesaikan tidak bisa kita lepas begitu saja,
karena pada nantinya kan bermunculan masalah-masalah baru di dalam pelaksanaan
proyek. Kepercayaan diri terhadap proyek, mampu membuat seorang manajer proyek
melakukan inovasi dan mengubah strategi proyek ke arah yang lebih baik tanpa
meninggalkan perencanaan yang telah ditetapkan.
Ada
tiga garis besar yang dibahas dalam buku ini untuk menciptakan berlangsungnya
sebuah proyek, yaitu :
1.
Perencanaan
Untuk
mencapai tujuan, sebuah proyek perlu suatu perencanaan yang matang. Yaitu
dengan meletakkan dasar tujuan dan sasaran dari suatu proyek sekaligus
menyiapkan segala program teknis dan administrasi agar dapat
diimplementasikan.Tujuannya agar memenuhi persyaratan spesifikasi yang
ditentukan dalam batasan waktu, mutu, biaya dan keselamatan kerja. Perencanaan
proyek dilakukan dengan cara studi kelayakan, rekayasa nilai, perencanaan area
manajemen proyek (biaya, mutu, waktu, kesehatan dan keselamatan kerja,
sumberdaya, lingkungan, resiko dan sistem informasi.
2. Penjadwalan
Merupakan
implementasi dari perencanaan yang dapat memberikan informasi tentang jadwal
rencana dan kemajuan proyek yang meliputi sumber daya (biaya, tenaga kerja,
peralatan, material), durasi dan progres waktu untuk menyelesaikan proyek.
Penjadwalan proyek mengikuti perkembangan proyek dengan berbagai
permasalahannya. Proses monitoring dan updating selalu dilakukan untuk
mendapatkan penjadwalan yang realistis agar sesuai dengan tujuan proyek. Ada
beberapa metode untuk mengelola penjadwalan proyek, yaitu Kurva S (hanumm
Curve), Barchart, Penjadwalan Linear (diagram Vektor), Network Planning dan
waktu dan durasi kegiatan. Bila terjadi penyimpangan terhadap rencana semula,
maka dilakukan evaluasi dan tindakan koreksi agar proyek tetap berada dijalur yang
diinginkan.
3.
Pengendalian Proyek
Pengendalian
mempengaruhi hasil akhir suatu proyek. Tujuan utama dari utamanya yaitu
meminimalisasi segala penyimpangan yang dapat terjadi selama berlangsungnya
proyek. Tujuan dari pengendalian proyek yaitu optimasi kinerja biaya, waktu ,
mutu dan keselamatan kerja harus memiliki kriteria sebagai tolak ukur. Kegiatan
yang dilakukan dalam proses pengendalian yaitu berupa pengawasan, pemeriksaan,
koreksi yang dilakukan selama proses implementasi.