Minggu, 31 Oktober 2010

PENGERTIAN TEMA, JUDUL, DAN TOPIK

  • TEMA

Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran dalam membuat suatu tulisan.

Tema merupakan persoalan utama yang diungkapkan oleh pengarang dalam sesebuah karya kesusteraan seperti cerpen atau novel.
Biasanya tema diolah berdasarkan sesuatu motif tertentu yang terdiri daripada objek, peristiwa kejadian dan sebagainya.

  • JUDUL

Judul adalah nama yang dipakai untuk buku, bab dalam buku, kepala berita, dan lain-lain; identitas atau cermin dari jiwa seluruh karya tulis, bersipat menjelaskan diri dan yang manarik perhatian dan adakalanya menentukan wilayah (lokasi). Dalam artikel judul sering disebut juga kepala tulisan.

  • TOPIK

Topik adalah berasal dari bahasa Yunani “topoi” yang berarti tempat, dalam tulis menulis bebarti pokok pembicaraan atau sesuatu yang menjadi landasan penulisan suatu artikel.

CIRI-CIRI TEMA, JUDUL, DAN TOPIK

  • TEMA

Ciri-ciri tema, antara lain.

1.Dalam novel dan cerpen, tema biasanya dapat dilihat melalui persoalan yang dikemukakan.
2. Tema juga dapat dilihat melalui cara-cara watak itu bertentangan satu sama lain, bagaimana cerita diselesaikan.
3. Tema dapat dikesan melalui peristiwa, kisah, suasana dan unsur lain seperti nilai kemanusiaan yang terdapat dalam cerita, plot cerita, perwatakan watak-watak dalam sebuah cerita.

· JUDUL

Ciri-ciri judul, antara lain.

1. Relevan dengan tema cerita tersebut, atau ada keterkaitan dengan beberapa bagian penting dari tema tersebut.
2. Biasanya judul harus provokatif dengan menarik si pembaca dan menimbulkan keingintahuan pembaca terhadap isi cerita tersebut.
3. Judul terdiri dari lima kata dan diusahakan tidak boleh lebih.
4. Judul tidak boleh mengambil bentuk kalimat atau frasa yang panjang, tetapi berbentuk kata yang singkat.
5. Judul harus mencerminkan topic atau tema, tidak boleh menyimpang.

· TOPIK

Ciri-ciri topic, antara lain

1. Topic harus menarik perhatian si pembaca, sehingga mampu menimbulkan rasa keingintahuan pembaca
2. Mencakup keseluruhan isi cerita

SUMBER :

http://id.wikipedia.org/wiki/Tema

http://semuamasalah007.blogspot.com/2009/01/pengertian-tema.html

http://ita-kyu-kiyut.blogspot.com/2010/01/ragam-bahasa-tugas-kelompok.html

Minggu, 24 Oktober 2010

PARAGRAF ATAU ALINEA

PENGERTIAN PARAGRAF ATAU ALINEA

Karangan yang pendek / singkat yang berisi sebuah pikiran dan didukung himpunan kalimat yang saling berhubungan untuk membentuk satu gagasan.

Syarat-syarat pembentukan paragraf :

  1. Kesatuan : tiap paragraf hanya mengandung satu pikiran / satu tema.

Fungsi paragraf : mengembangkan tema.

  1. Koherensi / kepaduan = hubungan antara kalimat dengan kalimat.

Kepaduan dalam kalimat dapat dibangun dengan memperhatikan :

    • Unsur kebahasan :

a. repetisi

b. kata ganti

c. kata transisi

    • Perincian dan urutan isi paragraf :

a. urutan waktu

b. urutan logis

c. urutan ruang

d. urutan proses

e. sudut pandangan/ point of view

  1. Kelengkapan : paragraf dikatakan lengkap, jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik/ kalimat utama.

Di setiap paragraf harus memuat dua bagian penting, yakni :

a. Gagasan Utama adalah gagasan yang menjadi dasar pengembangan paragraf. Gagasan utama suatu paragraf berada pada kalimat topik (kalimat utama). Kalimat ini menjadi tumpuan pengembangan paragraf. Satu kalimat dinyatakan sebagai kalimat utama apabila pernyataan di dalamnya merupakan rangkuman ataupun gagasan menyeluruh, yang dapat mewakili pernyataan-pernyataan lain dalam paragraf itu.
Ciri-ciri kalimat utama
Suatu kalimat berisikan kalimat utama ditandai oleh kata-kata kunci seperti berikut ini:
• Sebagai keseimpulan ....
• Yang penting ....
• Jadi, ...
• Dengan demikian, ....
• Intinya ...
• Pada dasarnya ....

b. Gagasan Penjelas adalah gagasan yang perannya menjelaskan gagasan utama.
Ciri-ciri: kalimat penjelas umumnya berisikan:
• Contoh-contoh
• Peristiwa ilustratif
• Uraian-uraian kecil
• Kutipan-kutipan, dan
• Gambaran-gambaran yang sifatnya parsial.

Baca selengkapnya Pengertian Paragraf atau Alinea

Jenis Paragraf

Paragraf memiliki banyak ragamnya. Untuk membedakan paragraf yang satu dari paragraf yang lain berdasarkan kelompoknya,yaitu : jenis paragraf menurut posisi kalimat topiknya, menurut sifat isinya, menurut fungsinya dalam karangan.

1) Jenis paragraf menurut posisi kalimat topiknya

Kalimat yang berisi gagasan utama paragraf adalah kalimat topik. Karena berisi gagasan utama itulah keberadaan kalmat topic dan letak posisinya dalam paragraf menjadi penting. Posisi kalimat topik di dalam paragraf yang akan memberi warna sendiri bagisebuah paragraf. Berdasarkan posisi kalimat topik, paragraf dapa dibedakan atas empat macam, yaitu : paragraf deduktif, paragraf induktif, paragraf deduktif-induktif, paragraf penuh kalimat topik.

A. Paragraf Deduktif

Adalah paragraf yang letak kalimat pokoknya di tempat kan pada bagian awal paragraf ,yaitu paragraf yang menyajikan pokok permasalahan terlebih dahulu, lalu menyusul uraian yang terinci mengenai permasalahan atau gagasan paragraf (urutan umum-khusus).

B. Paragraf Induktif

Bila kalimat pokok ditempatkan dipada akhir paragraf akan terbentuk paragraf induktif, yaitu paragraf yang menyajikan penjelasan terlebih dahulu,barulah diakhiri dengan pokok pembicaraan.

C. Paragraf Deduktif-Induktif

Bila kalimat pokok di tempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf, terbentuklah paragraf deduktif-induktif. Kalimat pada akhir paragraf umumnya menjelaskan atau menegaskan kembali gagasan utama yang terdapat pada awal paragraf.

D. Paragraf penuh kalimat topik

Seluruh kalimat yang membangun paragraf sama pentingnya sehingga tidak satupun kalimat yang khusus menjadi kalimat topik. Kondisi seperti itu dapat atau biasa terjadi akibat sulitnya menentukan kalimat topic karena kalimat yang satu dan lainnya sama-sama penting. Paragraf semacam ini sering dijumpai dalam uraian-uraian bersifat dskriptif dan naratif terutama dalam karangan fiksi.

2) Jenis Paragraf Menurut Sifat Isinya

Isi sebuah paragraf dapat bermacam-macam bergantung pada maksud penulisannya dan tuntutan korteks serta sifat informasi yang akan disampaikan.Penyelarasan sifat isi paragraf dengan isi karangan sebenarnya cukup beralasan karena pekerjaan menyusun paragraf adalah pekerjaan mengarang juga.

Berdasarkan sifat isinya, alinea dapat digolongkan atas lima macam,yaitu:

o Paragraf Persuasif : adalah isi paragraf mempromosikan sesuatu dengan cara mempengaruhi atau mengajak pembaca. Paragraf persuasif banyak dipakai dalam penulisan iklan,terutama majalah dan Koran . Sedangkan paragraf argumentasi, deskripsi, daneksposisi umumnya dipakai dalam karangan ilmiah seperti buku,skripsi makalah dan laporan. Paragraf naratif sering dipakai untuk karangan fiksi seperti cerpen dan novel.

o Paragraf argumentasi : adalah isi paragraf membahas satu masalah dengan bukti_bukti alasan yang mendukung.

o Paragraf naratif : adalah isi paragraf menuturkan peristiwa atau keadaan dalam bentuk data atau cerita.

o Paragraf deskritif : adalah paragraf yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu dengan bahasa.

o Paragraf eksposisi : adalah paragraf yang memaparkan sesuatu fakta atau kenyataan kejadian tertentu.

3) Jenis Paragraf Menurut Fungsinya dalam Karangan

Menurut fungsinya, paragraf dapat dibedakan menjadi 3 , yaitu:

1) Paragraf Pembuka

Bertujuan mengutarakan suat aspek pokok pembicaraan dalam karangan .

Sebagai bagian awal sebuah karangan, paragraf pembuka harus di fungsikan untuk:

1. menghantar pokok pembicaraan

2. menarik minat pembaca

3. menyiapkan atau menata pikiran untuk mengetahui isi seluruh karangan.

Setelah memiliki ke tiga fungsi tersebut di atas dapat dikatakan paragraf pembuka memegang peranan yang sangat penting dalam sebuah karangan. Paragraf pembuka harus disajikan dalam bentuk yang menarik untuk pembaca. Untuk itu bentuk berikut ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan menulis paragraf pembuka,yaitu:

1. kutipan, peribahasa, anekdot

2. pentingnya pokok pembicaraan

3. pendapat atau pernyataan seseorang

4. uraian tentang pengalaman pribadi

5. uraian mengenai maksud dan tujuan penulisan

6. sebuah pertanyaan.

2) Paragraf Pengembang

Bertujuan mengembangkan pokok pembicaraan suatu karangan yang sebelumnya telah dirumuskan dalam alinea pembuka. Paragraf ini didalam karangan dapat difungsikan untuk:

1.mengemukakan inti persoalan

2. memberikan ilustrasi

3. menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya

4. meringkas paragraf sebelumnya

5. mempersiapkan dasar bagi simpulan.

3)Paragraf Penutup

Paragraf ini berisi simpulan bagian karangan atau simpulan seluruh karangan. Paragraf ini sering merupakan pernyataan kembali maksud penulis agar lebih jelas. Mengingat paragraf penutup dimaksudkan untuk mengakhiri karangan. Penyajian harus memperhatikan hal sebagai berikut :

1. sebagai bagian penutup,paragraf ini tidak boleh terlslu psnjsng

2. isi paragraf harus berisi simpulan sementara atau simpulan akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian

3. sebagai bagian yang paling akhir dibaca, disarankan paragraf ini dpat menimbulkan kesan yang medalam bagi pembacanya


SUMBER :

http://sepitri.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/14474/slide+Paragraf.ppt

http://kemassamawimultiproduction.blogspot.com/2009/05/paragraf_599.html

http://ellopedia.blogspot.com/2010/09/paragraf.html

Minggu, 17 Oktober 2010

KALIMAT EFEKTIF

1. Pengertian Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis serta dapat diterima maksudnya/arti serta tujuannya seperti yang di maksud penulis /pembicara.

Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.

2. mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.

2. syarat kalimat efektif

  1. keterpaduan

Kepaduan suatu kalimat akan terganggu apabila terdapat:

a. kata ganti yang salah

tidak efektif: Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih.

efektif : Atas perhatian saudara, saya ucapkan terima

kasih.

b. kata depan yang tidak tepat

tidak efektif: Pengarang itu menceritakan tentang pengala-

man masa kecilnya.

efektif : Pengarang itu menceritakan pengalaman masa

kecilnya

c. kata penghubung yang tidak jelas

tidak efektif: Yanto mengotori kaca jendela itu; ia member-

sihkannya.

efektif : Yanto mengotori kaca jendela itu kemudian ia

membersihkannya.

  1. keparalelan

Paralelisme menempatkan gagasan-gagasan yang sama penting dan lama fungsinya ke dalam suatu struktur/konstruksi gramatikal yang sama.
BAIK: reorganisasi administrasi departemen-departemen; peng¬hentian pemborosan dan penyelewengan-penyelewengan, serta mobilisasi potensi-potensi nasional, merupakan masalah-masa¬lah pokok yang meminta perhatian kita. (semuanya kata benda).

SALAH: reorganisasi administrasi departemen-departemen menghentikan pemborosan dan penyelewengan-penyeleweng¬an, serta mobilisasi potensi-potensi nasional, merupakan masasah-masalah pokok yang meminta perhatian pemerintah kita.

  1. kehematan

Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksudkalimat.
Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya. Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata mawar,anyelir,dan melati terkandung makna bunga. Kalimat yang benar adalah:Mawar,anyelir, dan melati sangat disukainya.

Upaya untuk mengefektifkan sebuah kalimat, dapat dilakukan dengan cara-cara berikut.

a. menghilangkan subjek yang tidak diperlukan

tidak efektif : Para pegawai perusahaan itu bekerja dengan

produktif karena mereka merasa dihargai pim-

pinannya.

efektif : Para pegawai perusahaan itu bekerja dengan

produktif karena merasa dihargai pimpinannya.

b. menghindarkan penggunaan hipernim dan hiponimnya secara bersamaan

tidak efektif : Bunga-bunga mawar, anyelir, dan gradiol sa-

ngat disukainya.

efektif : Mawar, anyelir, dan gradiol sangat disukainya.

c. menjauhkan pemakaian kata depan dari dan daripada yang tidak perlu

tidak efektif : Sejarah daripada perjuangan bangsa kita, ikut

memberi dasar dan arah daripada polotik kita

yang bebas dan aktif.

efektif : Sejarah perjuangan bangsa kita, ikut memberi

dasar dan arah politik kita yang bebas dan aktif.

d. menghindarkan pemakaian kata yang tidak perlu

tidak efektif : Di kantor tempat mendaftarkan tanah dikete-

mukan sebuah peti tempat menyimpan uang

dan sebuah kopor yang terbuat dari kulit.

efektif : Di dekat kantor pendaftaran tanah ditemukan

sebuah peti uang dan sebuah kopor kulit.

e. menghindarkan bentuk klausa yang ber-bahwa bila bentuk frasenya sudah memadai

tidak efektif : Bahwa mereka orang jujur dan setia tidak dapat

disangsikan lagi.

Efektif : Kejujuran dan kesetiaan mereka tidak dapat di-

sangsikan lagi

f. menghilangkan pleonasme

tidak efektif : Ia mempunyai koleksi buku-buku langka.

efektif : Ia mempunyai koleksi buku langka.

4. penekanan

inti pikiran yang terkandung dalam tiap kalimat (gagasan utama) haruslah dibedakan dari sebuah kata yang dipentingkan. Kata yang dipentingkan harus mendapat tekanan atau harus lebih ditonjolkan dari unsur-unsur yang lain. Namun masih terdapat beberapa cara yagn dapat dipergunakan untuk memberi penekanan itu, baik dalam bahasa lisan maupun dalam bahasa tulisan.

Penekanan unsur-unsur kalimat dapat dilakukan sebagai berikut.

a. mengubah posisi kalimat, unsur-unsur yang dianggap penting diletakkan di depan kalimat

Contoh:

Kita dapat membicarakan soal ini pada kesempatan lain.

b. menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah

Contoh:

Kami pun akan turut serta dalam kegiatan tersebut.

c. menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang bagian kalimat yang dianggap penting

Contoh:

Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid,antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komuikasi dan sikap saling memahami antara yang satudengan yang lainnya.

d. menggunakan pertentangan, yakni dengan menggunakan kata yang bertentangan atau berlawan maksudnya pada bagian kata yang ingin ditekankan

Contoh:

Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh.

  1. kevariasian

Variasi merupakan suatu upaya yang bertolak belakang dengan repetisi. Variasi tidak lain daripada menganeka-ragamkan bentuk-bentuk bahasa agar tetap terpelihara minat dan perhatian orang.

Variasi dalam kalimat dapat diperoleh dengan beberapa macam cara, yaitu:
a) Variasi sinonim kata

Penjelasan-penjelesan yagn berbentuk kelompok kata pada hakikatnya tidak mengubah isi dari amanat yang akan disampaikan.
Seribu puspa di taman bungan seribu wangi menyegar cita (BKI).
Demikian pula puspa dan wangi sebenarnya menyatakan yang sama.
b).Variasi panjang pendeknya kalimat

Variasi dalam panjang pendeknya struktur kalimat akan mencer¬minkan dengan jelas pikiran pengarang, serta pilihan yang tepat dari struktur panjangnya sebuah kalimat dapat memberi tekanan pada bagian-bagian yangdiinginkan.
c.Variasi penggunaan bentuk me- dan di-

Pemakaian bentuk gramatikal yang sama dalam beberapa kali¬mat berturut-turut dapat menimbulkan kelesuan.

http://sasyasigi.wordpress.com/2008/11/01/kalimat-efektif/

http://readone82.blogdetik.com/2009/08/26/kalimat-efektif/

http://lisady-bhs.blogspot.com/2007/06/kalimat-efektif.html

Kamis, 14 Oktober 2010

KALIMAT DASAR BAHASA INDONESIA

Pola Dasar Kalimat Bahasa Indonesia

Kalimat yang kita gunakan sesungguhnya dapat dikembalikan ke dalam sejumlah kalimat

dasar yang sangat terbatas. Dengan perkataan lain, semua kalimat yang kita gunakan berasal dari beberapa pola kalimat dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing, kalimat dasar tersebut kita kembangkan, yang pengembangannya itu tentu saja harus didasarkan pada kaidah yang berlaku. Pola dasar kalimat bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.

  1. Kalimat Dasar Berpola S P

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk tipe ini

dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan. Misalnya:

(1) Mereka / sedang berenang.

S P (kata kerja)

(2) Ayahnya / guru SMA.

S P (kata benda)

(3) Gambar itu / bagus.

S P (kata sifat)

(4) Peserta penataran ini / empat puluh orang.

S P (kata bilangan)

  1. Kalimat Dasar Berpola S P O

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. Misalnya:

Mereka / sedang menyusun / karangan ilmiah.

S P O

  1. Kalimat Dasar Berpola S P Pel.

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Misalnya:

Anaknya / beternak / ayam.

S P Pel

3.4 Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap. Misalnya:

Dia / mengirimi / saya / surat.

S P O Pel.

3.5 Kalimat Dasar Berpola S P K

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan keterangan. Misalnya:

Mereka / berasal / dari Surabaya.

S P K

3.6 Kalimat Dasar Berpola S P O K

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan. Misalnya:

Kami / memasukkan / pakaian / ke dalam lemari.

S P O K

4. Kalimat yang Baik dan Benar

Kalimat yang benar adalah kalimat yang sesuai dengan aturan atau kaidah yang berlaku,

baik yang berkaitan dengan kaidah tata bunyi (fonologi), tata bahasa, kosakata, maupun ejaan.

Sementara itu, kalimat yang baik adalah kalimat yang efektif, yaitu kalimat yang dapat

menyampaikan pesan/informasi secara tepat. Perhatikan kedua contoh kalimat berikut ini.

(1) Dia mencarikan pekerjaan untuk saya.

(2) Kucing itu telah wafat dengan sukses.


kalimat dasar dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.

1. KB + KK : Mahasiswa berdiskusi.

2. KB + KS : Dosen itu ramah.

3. KB + KBil : Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.

4. KB + (KD + KB) : Tinggalnya di Palembang.

5. KB1 + KK + KB2 : Mereka menonton film.

6. KB1 + KK + KB2 + KB3 : Paman mencarikan saya pekerjaan.

7. KB1 + KB2 : Rustam peneliti.

Ketujuh pola kalimat dasar ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat pula pola-pola

dasar itu digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan kompleks.

Minggu, 03 Oktober 2010

RAGAM BAHASA

Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990).


hal-hal yang menyebabkan timbulnya ragam bahasa :

Menurut Dendy sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tidak baku. Dalam situasi resmi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tidak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku.


Macam-Macam dan Jenis-Jenis Ragam / Keragaman Bahasa :

1. Ragam bahasa pada bidang tertentu seperti bahasa istilah hukum, bahasa sains, bahasa jurnalistik, dsb.

2. Ragam bahasa pada perorangan atau idiolek seperti gaya bahasa mantan presiden Soeharto, gaya bahasa benyamin s, dan lain sebagainya.

3. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu wilayah atau dialek seperti dialek bahasa madura, dialek bahasa medan, dialek bahasa sunda, dialek bahasa bali, dialek bahasa jawa, dan lain sebagainya.

4. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu golongan sosial seperti ragam bahasa orang akademisi beda dengan ragam bahasa orang-orang jalanan.

5. Ragam bahasa pada bentuk bahasa seperti bahasa lisan dan bahasa tulisan.

6. Ragam bahasa pada suatu situasi seperti ragam bahasa formal (baku) dan informal (tidak baku).


1.Ragam baku adalah ragam bahasa yang oleh penuturnya dipandang sebagai ragam yang baik. Ragam ini biasa dipakai dalam kalangan terdidik, karya ilmiah, suasana resmi, atau surat resmi.

Bahasa baku dipakai dalam :

a. pembicaraan di muka umum, misalnya pidato kenegaraan, seminar, rapat dinas memberikan kuliah/pelajaran;

b. pembicaraan dengan orang yang dihormati, misalnya dengan atasan, dengan guru/dosen, dengan pejabat;

c. komunikasi resmi, misalnya surat dinas, surat lamaran pekerjaan, undang-undang;

d. wacana teknis, misalnya laporan penelitian, makalah, tesis, disertasi.

Bahasa baku merupakan ragam bahasa yang dipakai dalam situasi resmi/formal, baik lisan maupun tulisan.

2.Ragam cakapan (ragam akrab) adalah ragam bahasa yang dipakai apabila pembicara menganggap kawan bicara sebagai sesama, lebih muda, lebih rendah statusnya atau apabila topik pembicara bersifat tidak resmi.

3.Ragam hormat adalah ragam bahasa yang dipakai apabila lawan bicara orang yang dihormati, misalnya orang tua dan atasan.

4.Ragam kasar adalah ragam bahasa yang digunakan dalam pemakaian tidak resmi di kalangan orang yang saling mengenal.

5.Ragam resmi adalah ragam bahasa yang dipakai dalam suasana resmi.


Dari sekian banyak ragam bahasa, ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya keragaman bahasa. diantaranya :

  • Faktor Budaya atau letak Geografis
  • Faktor Ilmu pengetahuan
  • Faktor Sejarah

Berikut ini sebagian dari macam-macam ragam bahasa :

1. Ragam bahasa menurut topik atau pokok pembicaraan meliputi:

  • ragam undang-undang
  • ragam jurnalistik
  • ragam ilmiah
  • ragam sastra

2. Ragam bahasa menurut media / sarana dibagi atas:

  • Ragam lisan, adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tata bahasa, kosakata, dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide.
    • ragam pidato
    • ragam kuliah
    • ragam panggung
  • Ciri-ciri ragam bahasa lisan
    • Adanya lawan bicara
    • Terikat waktu dan ruang
    • Dapat dibantu dengan mimik muka/wajah, intonasi, dan gerakan anggota tubuh
    • Unsur-unsur dramatika biasanya dinyatakan dihilangkan atau tidak lengkap

  • Ragam tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.
    • ragam teknis
    • ragam undang-undang
    • catatan
    • surat-menyurat
  • Ciri-ciri ragam bahasa tulis :
    • Tidak mengharuskan kedatangan/kehadiran pembaca
    • Diperlukan ejaan atau tanda baca Kalimat ditulis secara lengkap
    • komunikasi resmi
    • wacana teknis
    • pembicaraan di depan khalayak ramai
    • pembicaraan dengan orang yang dihormati


RAGAM BAHASA BERDASARKAN PENUTUR

  1. Ragam bahasa berdasarkan daerah disebut ragam daerah (logat/dialek). Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa. BahasaIndonesiahttp://images.intellitxt.com/ast/adTypes/mag-glass_10x10.gif yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali, Jayapura, dan Tapanuli. Masing-masing memilikiciri khas yang berbeda-beda. Misalnya logat bahasa Indonesia orang Jawa Tengah tampak padapelafalan/b/pada posisiawal saat melafalkan nama-nama kota seperti Bogor, Bandung, Banyuwangi, dll. Logat bahasa Indonesia orang Bali tampak pada pelafalan /t/ seperti pada kata ithu, kitha, canthik, dll.
  2. Ragam bahasa berdasarkan pendidikan penutur. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah, kompleks,vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas. Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya membawa, nyari seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun sering menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai.

contoh:

1) Ira mau nulis surat à Ira mau menulis surat

2) Saya akan ceritakan tentang Kancil à Saya akan menceritakan tentang Kancil.

  1. Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur. Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap itu antara lain resmi, akrab, dan santai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis juga mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati bahasa seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya. Jika terdapat jarak antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan bicara akan makin resmi dan makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.

Segi kebahasaan yang telah diupayakan pembakuannya meliputi

a. tata bahasa yang mencakup bentuk dan susunan kata atau kalimat, pedomannya adalah buku Tata Bahasa Baku Indonesia;

b. kosa kata berpedoman pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI);

c. istilah kata berpedoman pada Pedoman Pembentukan Istilah;

d. ejaan berpedoman pada Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD);

e. lafal baku kriterianya adalah tidak menampakan kedaerahan.


RAGAM BAHASA MENURUT POKOK PERSOALAN ATAU BIDANG PEMAKAIAN

Dalam kehidupan sehari-hari banyak pokok persoalan yang dibicarakan. Dalam membicarakan pokok persoalan yang berbeda-beda ini kita pun menggunakan ragam bahasa yang berbeda. Ragam bahasa yang digunakan dalam lingkungan agama berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan kedokteran, hukum, atau pers. Bahasa yang digunakan dalam lingkungan politik, berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan ekonomi/perdagangan, olah raga, seni, atau teknologi. Ragam bahasa yang digunakan menurut pokok persoalan atau bidang pemakaian ini dikenal pula dengan istilah laras bahasa.

Perbedaan itu tampak dalam pilihan atau penggunaan sejumlah kata/peristilahan/ungkapan yang khusus digunakan dalam bidang tersebut, misalnyamasjid, gereja, vihara adalah kata-kata yang digunakan dalam bidang agama; koroner, hipertensi, anemia, digunakan dalam bidang kedokteran; improvisasi, maestro, kontemporer banyak digunakan dalam lingkungan seni; pengacara, duplik, terdakwa, digunakan dalam lingkungan hukum; pemanasan, peregangan, wasit digunakan dalam lingkungan olah raga. Kalimat yang digunakan pun berbeda sesuai dengan pokok persoalan yang dikemukakan. Kalimat dalam undang-undang berbeda dengan kalimat-kalimat dalam sastra, kalimat-kalimat dalam karya ilmiah, kalimat-kalimat dalam koran/majalah, dll. Contoh kalimat yang digunakan dalam undang-undang.


;;